Materi Fiber Optik
A. PENGENALAN FIBER OPTIK
a. Pengertian Fiber Optik
Fiber Optik atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan Optical Fiber atau Fiber Optics adalah
jenis kabel yang terbuat dari serat kaca atau plastik halus yang dapat
mentransmisikan sinyal cahaya dari satu tempat ke tempat lainnya. Diameter
kabel fiber optik pada umumnya berukuran sekitar 120 mikrometer. Sedangkan
Sumber cahayanya dapat berupa sinar Laser ataupun sinar LED.
Keuntungan-keuntungan menggunakan Kabel Fiber
Optik sebagai media transmisi diantaranya adalah tingginya bandwidth yang
dimilikinya, tidak rentan terhadap gangguan (interference) apabila dibandingkan
dengan kabel tembaga, lebih tipis dan ringan serta dapat mentransmisikan data
dalam bentuk digital.
b. Prinsip Kerja Fiber Optik
Prinsip kerja Fiber Optik adalah mentransmisikan informasi dalam
bentuk gelombang cahaya atau photon (Foton). Berbeda dengan kabel yang terbuat
dari bahan tembaga yang mentransmisikan data dengan menggunakan aliran listrik,
Fiber atau Serat Optik menggunakan sinyal cahaya yang telah dikonversikan dari
aliran listrik untuk mentransmisikan datanya.
Serat optik mengirimkan data dalam bentuk partikel cahaya atau
foton yang berbentuk denyutan pulsa digital melalui kabel serat optik. Core dan
Cladding pada fiber optik masing-masing memiliki indeks bias yang berbeda yang
membelokkan cahaya yang masuk pada sudut tertentu. Ketika sinyal cahaya dikirim
melalui kabel serat optik, mereka memantul Core dan Cladding dalam serangkaian
bouncing zig-zag, mengikuti proses yang disebut Refleksi Internal Total.
Perlu diketahui bahwa Sinyal cahaya pada fiber optik tidak dapat
bergerak sesuai dengan kecepatan cahayanya, hal ini dikarenakan lapisan kaca
pada fiber optik yang lebih padat. Sinyal Cahaya pada fiber optic ini hanya
dapat bergerak sekitar 30% lebih lambat dari kecepatan cahaya. Untuk
memperbarui dan meningkatkan sinyal sepanjang perjalanannya, transmisi fiber
optik kadang-kadang membutuhkan repeater pada interval jarak tertentu. Repeater
ini digunakan untuk mengubah sinyal optic yang berbentuk cahaya menjadi sinyal
listrik dan kemudian memproses sinyal listrik tersebut dan mentransmisikannya
kembali sinyal optik.
Jadi, bisa dirangkum prinsip kerja dari
Fiber Optk yaitu :
- Sinyal
awal atau source dengan bentuk sinyal listrik pada transmitter akan diubah
oleh dioda/laser dioda (Tranducer Optoelektronik) hingga menjadi sebuah
sinyal elektris kembali.
- Gelombang
cahaya yang selanjutnya akan ditransmisikan lewat kabel fiber optik menuju
ke penerima atau receiver yang ada di ujung lainnya dari fiber optik.
- Pada
penerima atau receiver dimana sinyal optik akan diubah oleh photo diode
(Tranducer Optoelektronik) hingga menjadi sebuah sinyal elektris kembali.
c. Teknologi Fiber Optik
Jaringan akses fiber atau Optical
Access Network atau yang lebih sering disebut dengan JARLOKAF (Jaringan Lokal
Akses Fiber), merupakan suatu solusi strategis bagi jaringan pelanggan namun
sangat sensitif terhadap jenis teknologi. Penggelaran suatu teknologi JARLOKAF
tidak optimum bila diterapkan secara kasus per kasus, baik dari sisi
perencanaan maupun pengoperasian. Keberadaan panduan dan ketepatan pemilihan
teknologi sangat mempengaruhi kesuksesan kegiatan operasi dan perawatan,
efektifitas investasi serta kemudahan menyediakan jasa-jasa baru.
Teknologi JARLOKAF adalah teknologi
yang sedang berkembang sehingga berbagai metoda transmisi dimungkinkan untuk
diterapkan dan relatif masih terbatas jumlah implementasinya dilapangan.
Teknologi Jarlokaf yang saat ini sudah berkembang dangan baik antara lain: DLC
(Digital Loop Carrier), PON (Passive Optical Network), dan AON (Active Optical
Network) dan HFC (Hybrid Fiber Coax).
DLC, PON dan AON, merupakan teknlogi
jarlokaf dan dapat terintegrasi dengan copper pair, sedangkan HFC merupakan
teknologi jarlokaf yang terintegrasi dengan coaxial.
Pemilihan teknologi JARLOKAF harus memperhatikan beberapa
kriteria antara lain :
v Jenis
jasa dan kapasitas.
v Kemudahan
O&M.
v Konfigurasi
dan kehandalan sistem (reliability).
v Kompatibilitas
antarmuka dan sesuai standard (compatibility).
v Tidak
mudah usang dan dijamin produksinya.
v Biaya
efektif.
B. JENIS KABEL FIBER OPTIK
a. Jenis Jenis Kabel Fiber
Optik
1. Single-mode Fiber (SMF)
Single-mode fibers (Fiber Mode Tunggal) adalah jenis serat optik yang umumnya
digunakan untuk mentransmisikan jarak yang lebih jauh. Fiber Mode Tunggal ini
memiliki inti kecil yang berdiameter sekitar 9 mikrometer dan mengirimkan sinar
laser inframerah yang memiliki panjang gelombang dari 1.300 nanometer
hingga 1.550 nanometer. Karena memiliki diameter yang lebih kecil yang
memungkinkan hanya satu mode cahaya untuk merambat, jumlah pantulan cahaya yang
dibuat ketika cahaya melewati inti akan berkurang dan dapat menurunkan
pelemahan (attenuation) sehingga menghasilkan kemampuan bagi sinyal untuk
bergerak lebih jauh.
2. Multi-mode Fiber (MMF)
Multi-mode Fiber atau Fiber multi-mode adalah jenis serat optik yang
dirancang khusus untuk mentransmisikan lebih banyak sinar cahaya dalam waktu
yang bersamaan dengan masing-masing pada sudut pantulan yang sedikit berbeda di
dalam inti serat optic tersebut. Multi-mode Fiber ini pada umumnya digunakan
untuk mentransmisikan data pada jangkauan jarak yang relatif dekat. Multi-mode
Fiber memiliki inti yang lebih besar dengan ukuran diameter sekitar 62,5 mikron
dan mentransmisikan cahaya inframerah yang panjang gelombangnya sekitar 850nm
hingga 1.300 nm dari LED.Karena memiliki diameter yang lebih besar, jumlah
pantulan cahaya yang dibuat ketika cahaya melewati inti menjadi meningkat
sehingga menciptakan kemampuan untuk mentransmisikan lebih banyak data dalam
waktu yang bersamaan.
b.
Karakteristik Kabel Fiber Optik
Karakteristik kabel jaringan fiber optik secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Bagian dalam kabel jaringan fiber optik
terdiri dari inti yang terbuat dari serat kaca dan diselubungi oleh beberapa
lapisan yang bersifat sebagai pelindung.
2. Konektor yang umum digunakan untuk kabel
jaringan fiber optik adalah konektor ST, namun baru-baru ini ada konektor lain
yang diperkenalkan sebagai pasangan kabel jaringan fiber optik yakni konektor
SC.
3. Kecepatan transfer data yang mampu dilakukan
kabel fiber optik berada di angka 100 Mbps ke atas (bahkan dapat mencapai 1000
Mbps).
4. Biaya rata-rata pernode cukup mahal.
5. Diameter kabel jaringan fiber optik dan dan
ukuran konektornya relatif kecil sehingga fleksibel dalam proses instalasi.
6. Panjang kabel jaringan fiber optik sangat
panjang yakni mencapai 2 km (mengalahkan kabel jaringan lainnya seperti Coaxial
dan Twisted Pair).
Karakteristik kabel fiber optik adalah sebagai berikut:
1. Beroperasi pada kecepatan tinggi (gigabit per
detik)
2. Mampu membawa paket-paket dengan kapasitas
besar
3. Biaya rata-rata pernode cukup mahal
4. Media dan ukuran konektor kecil
5. Kebal terhadap interferensi elektromagnetik
6. Jarak transmisi yang lebih jauh ( 2 - 60
kilometer)
c. Konstruksi Kabel Fiber
Optik
1. Konstruksi Jenis Kabel Duct
2. Konstruksi jenis kabel direct buried (tanam langsung)
3.
Konstruksi Jenis Kabel aerial (kabel udara)
4.Konstruksi
Jenis Kabel Indoor (Kabel dalam gedung/rumah) kapasitas 2-6 Fiber Optik
5. Konstruksi
Jenis Kabel Indoor (Kabel dalam gedung/rumah) kapasitas 8-12 Fiber Optic
Kabel fiber optik memiliki berbagai
kapasitas diantaranya: 6, 8,12, 24, 48, 96, 144, 248, 288 core. Susunan warna kabel fiber optik Distribusi :
1. Biru
2. Oranye
3. Hijau
4. Coklat
5. Abu-abu
6. Putih
7. Merah
8. Hitam
9. Kuning
10. Pink
11. Ungu
12. Toska
Dengan
satu tube terdapat 6, 8, dan 12 warna core inti.
Selain warna kabel fiber
optik core, ada kode sebagai keterangan tambahan untuk kabel fiber optik
tersebut. Diataranya,
SM = Jenis Fiber Single Mode
MM = Multi Mode
48 / 4 T = Menunjukkan jumlah Fiber Optik dan jumlah tube.
A = Aerial atau kabel udara
D = Fiber optik kabel duct
DB = Direct Burried (kabel tanam langsung)
LT = Lose Tube (tube yang berongga)
ST = Straight Tube (tube tanpa rongga)
SCPT = Single Core Per Tube digunakan untuk kabel distribution
NZDS = Non Zero Dispersion Shifted Fiber, atau Fiber tipe G.655
( yaitu Fiber yang mempunyai dispersi sangat kecil.
Contoh cara membacanya adalah sebagai berikut.
Jika pada kabel tertulis 48/4T-SM-DB-LT maka berarti kabel tersebut berisi 48
core, 4 tube, jenis single mode, dan untuk kabel tanam langsung, serta jenis
tubenya adalah berongga.MM = Multi Mode
48 / 4 T = Menunjukkan jumlah Fiber Optik dan jumlah tube.
A = Aerial atau kabel udara
D = Fiber optik kabel duct
DB = Direct Burried (kabel tanam langsung)
LT = Lose Tube (tube yang berongga)
ST = Straight Tube (tube tanpa rongga)
SCPT = Single Core Per Tube digunakan untuk kabel distribution
NZDS = Non Zero Dispersion Shifted Fiber, atau Fiber tipe G.655
( yaitu Fiber yang mempunyai dispersi sangat kecil.
e. Jenis
Konektor Kabel Fiber Optik
1. FC (Fiber Connector)
Digunakan untuk kabel single mode dengan
akurasi yang sangat tinggi dalam menghubungkan kabel dengan transmitter maupun
receiver. Konektor ini menggunakan sistem drat ulir dengan posisi yang dapat
diatur, sehingga ketika dipasangkan ke perangkat lain, akurasinya tidak akan
mudah berubah.
2. SC (Subsciber
Connector)
Digunakan
untuk kabel single mode, dengan sistem dicabut-pasang. Konektor ini tidak
terlalu mahal, simpel, dan dapat diatur secara manual serta akurasinya baik bila
dipasangkan ke perangkat lain.
3.
ST (Straight Tip)
Bentuknya
seperti bayonet berkunci hampir mirip dengan konektor BNC. Sangat umum
digunakan baik untuk kabel multi mode maupun single mode. Sangat mudah
digunakan baik dipasang maupun dicabut
4.
Biconic
Salah
satu konektor yang kali pertama muncul dalam komunikasi fiber optik. Saat ini
sangat jarang digunakan.
5. MPO/MTP
Konektor MPO adalah singkatan industri untuk
"Multi-fiber Push On", dengan mekanisme penyisipan penyisipan
push-on, memberikan interkoneksi yang konsisten dan berulang dan tersedia
dengan serat 4, 8, 12, atau 24. MTP® adalah merek dagang dari konektor Conec
untuk MPO AS. MTP / MPO adalah konektor yang dibuat khusus untuk kabel pita
multifiber. Konektor single-mode MTP / MPO memiliki ferrule siku yang
memungkinkan pantulan balik minimal, sedangkan konektor multimode ferrule
biasanya rata. Kabel pita datar dan tepat dinamai karena struktur seperti pita
datar, yang merumahkan serat berdampingan dengan jaket.
C. BEKERJA DENGAN FIBER OPTIK
a. Alat
Kerja Fiber Optik
1. Fusion Splicer
Fusion splicer atau sering dikenal sebagai
alat untuk menyambungkan serat optik ini merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk menyambungkan sebuah core serat optik, dimana serat tersebut
terbuat / berbasis kaca, dan mengimplementasikan suatu daya listrik yang telah
dirubah menjadi sebuah media sinar berbentuk laser.
Sinar laser tersebut berfungsi untuk memanasi kaca yang
terputus pada core sehingga bisa tersambung kembali dengan baik. Perlu kalian ketahui,
bahwa fusion splicer ini haruslah memiliki tingkat keakuratan yang cukup
tinggi. Hal ini ditujukan untuk
menghasilkan hasil penyambungan yang sempurna, karena pada saat penyambungan
tersebut akan terjadi proses pengelasan media kaca serta peleburan kaca yang
akan menghasilkan suatu media, dimana media tersebut akan tersambung dengan
utuh tanpa adanya celah-celah, hal ini dikarenakan media tersebut memiliki
senyawa yang sama.
2. Stripper Atau Miller
Sama seperti kabel - kabel yang lain, salah satunya seperti kabel
coaxial dan UTP, kabel fiber optic juga memerlukan alat ini. Alat ini berfungsi
sebagai media untuk memotong dan mengupas kulit dan daging kabel.
3. Cleaver
Cleaver Tools ini mempunyai fungsi untuk memotong core yang kulit kabel
optic-nya sudah dikupas, perlu kalian ketahui juga bahwa pemotongan core ini
wajib menggunakan alat khusus ini, karena pada serat kacanya akan terpotong
dengan rapih. Jika proses ini berhasil dilakukan dengan baik maka tahapan
selanjutnya, kalian bisa teruskan ke tahap Jointing.
4. Optical Power Meter (OPM)
Alat
yang satu ini nmemiliki fungsi untuk mengetahui seberapa kuat daya dari signal
cahaya yang sudah masuk, OPM ini juga mempunyai interface FC yang langsung
berhubungan dengan pathcore FC. Bagi kalian yang belum mengetahui rumus yang
digunakan untuk melakukan proses ini, berikut adalah rumusnya
(TX –
RX =…dB dibagi jarak (Km)
5. Optical Time Domain Reflectometer (RTDR)
OTDR merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk mendeteksi komunitas atau himpunan suatu kabel serat ptik dalam jarak
tempuh tertentu, sehingga dengan adanya alat ini diharapkan mampu menghasilkan
jarak dari dua sisi yang merupakan ukuran gangguan yang terjadi. Sehingga
untuk melakukan troubleshooting dapat dilakukan dengan baik, karena akan sangat
mudah menentukan suatu letak lokasi gangguan yang tengah terjadi. Alat OTDR ini
sendiri biasanya digunakan untuk melakukan pendeteksian Kabel Crack, Putusnya
core yang belum diketahui letaknya, Putusnya kabel atau juga untuk melakukan
bending.
6. Light Source
Pada dasarnya, alat yang satu ini mempunyai
fungsi untuk memberikan suatu signal untuk jalur yang akan dilaluinya, misalnya
untuk mengukur suatu redaman jalur atu end to end dimana Light Source ini akan
berfungsi sebagai media yang memberi signal-nya.
7. Optical Fiber
Identifier
Alat yang satu ini memiliki fungsi untuk mengetahui arah signal dengan
penunjuk arah dan besar daya yang di laluinya.
8. Visual Fault
Locator
Alat ini sering disebut juga Laser fiber
optic atau senter fiber optic. Fungsinya untuk melakukan pengetesan pada core
fiber optic. Laser akan mengikuti serat Optik pada Kabel Fiber Optik dari POP
Sampai Ke User (end to end) , bila core tidak bermasalah laser akan sampai pada
titik tujuan.
9. Bit Error Rate Test
Alat ini berfungsi sebagai pengecek koneksi jaringan TDM (Time Divisio
Multipleksi) yang mana jaringan TDM aplikasinya yaitu layanan Clear Channel
yang sedang coba di uraikan penulis. Secara spesifiknya BER TES untuk mengecek
dan mengetahui TX atau RX yang error, melalui pengiriman paket dan lup.
10. Fiber Optic
Adapter
Fiber
Optik Adapter merupakan suatu komponen yang digunakan untuk melakukan
penyambungan/menghubungkan kabel fiber optik satu dengan yang lain. jika
penyambungan dilakukan terhadap kabel fiber optik yang memiliki konektor
berbeda maka fiber optik adapter disebut fiber optik adapter
hibrid atau Special Adapter.
11. Splitter Optic
Splitter
merupakan komponen yang bersifat pasif dan dapat memisahkan daya optik dari
satu input serat ke dua atau beberapa output serat. Splitter pada PON dikatakan pasif sebab optimasi tidak dilakukan
terhadap daya yang digunakan terhadap pelanggan yang jaraknya berbeda dari node
splitter, sehingga sifatnya idle dan cara kerjanya membagi daya optic sama rata
Berikut ini adalah jenis-jenis splitter :
1 : 2 (tanpa back up)
1 : 4 (tanpa back up)
1 : 8 (tanpa back up)
1 : 16 (tanpa back up)
1 : 32 (tanpa back up)
2 : 2 (dengan back up)
2 : 4 (dengan back up)
2 : 8 (dengan back up)
2 : 16 (dengan back up)
2 : 32 (dengan back up)
12. Fiber Node
Fiber node merupakan suatu titik terminasi antara
jaringan optik dengan jaringan koaksial. Fiber nod eberupa perangkat opto
elektronik yang berfungsi untuk mengubah sinyal optik yang berasal dari
distribution hub menjadi sinyal elektrik untuk diteruskan ke rumah rumah
pelanggan melalui kabel koaksial dan sebaliknya.
Fiber node sendiri adalah salah satu device yang berhubungan dengan
teknologi HFC (Hibrid Fiber Coaxial) dan banyak diaplikasikan untuk sistem
jaringan TV Kabel.
13. Pigtail Fiber Optic
Pigtail fiber optic merupakan sepotong kabel yang hanya memiliki satu
buah konektor diujungnya, pigtail akan disambungkan dengan kabel fiber yang
belum memiliki konektor. Biasanya kabel pigtail di install di OTB (Optical Distribution Box) dan disambung /
splicing dengan tarikan kabel Optic yang glondongan (Loose tube cable / Tight buffered cable).
14. Optical Termination Box
(OTB)
Optical Termination Box, berfungsi sebagai pendistribusian fiber seperti
FDF yang menampung maksimum 72 core. Optical Terminal Box juga digunakan untuk
menghubungkan kabel serat optik indoor maupun outdoor dan patchcord. OTB dapat
dipasang di dinding maupun tiang.
15. Joint Closure Optic
Joint Closure merupakan sebuah box atau tempat untuk
menaruh hasil sambungan dari fiber optic. Sebagai contoh : Jika ada kebel fiber
optic putus karena terpotong atau terbakar maka kabel tersebut di
sambung/splicing dan hasil splicingan di taruh di Closure.
Untuk Kapasitas Closure ber variasi mulai dari closure 6 core, Closure
12core, closure 24core,Closure 48core hingga closure 256core
b. Prosedur Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja dalam Penggunaan Alat Kerja Fiber Optik
A.
Keselamatan kerja pada penyambungan fiber
optik.
Dalam panyambungan fiber optik ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Kebersihan
tempat maupun alat kerja.
1) Sebelum
bekerja yakinkan bahwa alat berfungsi dengan baik (sudah dikalibrasi)
2) Tempat
dan alat bekerja harus bersih dari debu atau kotoran yang lain.
3) Setelah
selesai bekerja alat dan tempat kerja dibersihkan dari sisa pekerjaan seperti
potongan optik, jelly yang menempel dan kotoran lainnya.
2. Kelengkapan
keselamatan kerja
Pekerjaan penyambungan optik baik dalam
penangan closure / sarana alat sambung maupun penyambungan fiber mempunyai
beberapa kelengkapan keselamatan kerja yaitu:
1) Sarung
tangan.
2) Isolasi
/ Lak ban.
3) Kacamata
pelindung.
3. Urutan
proses penyambungan, khususnya untuk keselamatan kerja.
1) Pekerjaan penangan kabel
dan sarana sambung kabel
a) Gunakan alat /
perkakas kerja yang benar.
b) Memakai sarung tangan
untuk pekerjaan seperti penarikan kabel, pengupasan kulit kabel, terminasi kabel.
c) Perhatikan lekuk
kabel pada rute menikung, perhatikan aturan bending kabel.
2) Pekerjaan penyambungan
fiber (serat) optik
a) Gunakanlah sarung
tangan.
b) Gunakan kacamata pelindung
mata (bila ada).
c) Sisa potongan optik
dibersihkan dari alat maupun tempat kerja dengan cara diambil dengan lack band
dan dibungkus kembali dengan lack band, kemudian dibuang ke tempat sampah.
d) Jangan menyentuh langsung
fiber optik yang sudah dikupas dengan tangan telanjang.
e) Jangan meniup
potongan fiber optik.
B. Keselamatan
kerja di jalan.
Hal-hal
yang perlu dipenuhi dalam bekerja di jalan, sbb:
1. Perijinan
2. Kewajiban
penanggung jawab lapangan
1) Memprediksi arus lalu
lintas, terutama jam sibuk.
2) Mencegah masuknya pihak
ketiga.
3) Bila perlu menempatkan
petugas lalu-lintas.
3. Penempatan
material dan peralatan kerja
1) Atur peralatan dan
material agar tidak mengganggu lalulintas.
2) Gunakan lampu penerangan,
khususnya malam hari.
4. Cara
parkir
1) Tempatkan kendaraan ke
arah datangnya lalulintas.
2) Aktifkan rem tangan dan
persneling pada rendah atau posisi mundur.
3) Ganjal roda bagian depan
maupun belakang.
4) Menyediakan jalur bagi
pejalan kaki.
5) Menyediakan jalur bagi
kendaraan umum.
5. Pemasangan
rambu pengaman
1) Tujuan
a. Untuk memberikan
informasi kepada masyarakat umum tentang adanya kegiatan.
b. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
2) Jenis rambu-rambu
a. Papan peringatan.
b. Lampu (flashing
light).
c. Safety cone, safety bar,
pagar/ tali pembatas, bendera dll.
3) Hal-hal
yang harus diperhatikan
a. Harus dipasang
walaupun pekerjaan hanya sebentar.
b. Harus jelas dan
nampak dari kejauhan.
c. Saat memasang, harus
dilakukan dari arah datangnya kendaraan dan sebaliknya pada saat pengambilan.
d. Pastikan rambu-rambu
tersebut masih berfungsi dengan baik.
4) Penempatan
rambu-rambu pengaman
C. Keselamatan
kerja di manhole
1. Didalam
MH kemungkinan ada gas-gas yang membahayakan atau berkurangnya oksigen yang
tidak dapat dideteksi panca indera. Oleh sebab itu sebelum melakukan kegiatan
didalam MH harus dilakukan:
1) Ventilisasi, pengukuran
gas, dan mengeluarkan air dari dalam MH,
2. Hal-hal
harus diperhatikan:
1) Gunakan tangga khusus
waktu masuk kedalam MH
2) Gunakan tali atau kantong
untuk me- nurunkan/menaikkan material & peralatan.
3) Bekerja di MH paling
sedikit harus dilakukan 2 orang (1 orang harus berada diluar MH)
4) Jangan menyalakan api di
dalam MH
D. Keselamatan
kerja di atas tiang
Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
1) Sebelum menggali tanah,
periksa jaringan lainnya yang ada di dalam tanah.
2) Pasang aksesoris sebelum
tiang didirikan.
3) Saat akan naik keatas tiang,
periksa kondisi tiang.
4) Kenakan sabuk pengaman,
helm, sarung tangan, dsb.
5) Hentikan kegiatan saat
hujan turun yang disertai dengan petir.
c. Cara penggunaan alat
kerja fiber optic
1. Siapkan bahan-bahan dan peralatan yang
digunakan untuk penyambungan seperti: Serat optik, Sleve Protection, Fiber
Striper, Fiber Cleaver, Tisue, Alkohol 90%, Sarung Tangan karet, dan lain
sebagainya.
2. Masukan Sleve Protection ke salah satu ujung
serat yang akan disambungkan. Dimana fungsi Sleve Protection sendiri adalah
sebagai lapisan penguat di titik penyambungan dan juga berperan sebagai lapisan
coating pengganti.
3. Kupas bagian coating pada kedua ujung serat
menggunakan Fiber Striper, Biasanya Fiber Striper memiliki 3 lubang pengupasan
karena coating pada serat optik memiliki banyak lapisan.
4. Bersihkan kedua ujung serat yg telah dikupas
bagian coatingnya menggunakan tissue dan alkohol 90%
5. Potong kedua ujung serat menggunakan Fiber
Cleaver, dimana fungsinya sendiri adalah meratakan bagian ujung dari fiber
sehingga redaman yg dihasilkan kecil, menggunakan mata pisau khusus biasanya
berbentuk bulat dengan mata pisau yg sangat tacam sehingga ujung dari fiber
terpotong rata.
6. Setelah melakukan langkah-langkah diatas maka
dimulai proses penyambungan mengguanakan Fusion Splicer. Cara meletakan kedua
ujung fiber yg akan disambungkan haruslah mendekati ujung batang dioda dan juga
tidak boleh melebihi ujung dari batang dioda. Cek posisi kedua ujung kabel pada
layar lcd pada Fusion Splicer. Jika posisi kedia ujung telah sesua maka dapat
dilakukan penyambungan.
7. Pada alat Fusion Splicer biasanya telah
tersedia slot untuk peleburan sleve Protector, setelah penyambungan selesai
maka leburkan Sleve Protector pada titik penyambungan sehingga terlindung dari
kotoran maupun putus dadakan.
Komentar
Posting Komentar